Jumat, 21 Oktober 2011

Nak

Nak,
aku takut bila bel akhir itu berbunyi
sedang kita tidak mengerti pelajaran hari ini
seperti biasa kita tahu sekedar saja:
tadi tlah berlalu dan nanti niscaya.
tapi cobalah yakini
untuk jadi pengembara yang tak pernah letih menemukan cinta.
mulai saat ini
sebelum bel akhir itu berbunyi...

Nak,
aku tak bisa berkata apa
bila ada yang pensiun jadi manusia
tanah dan api jelas bedanya
pelajaran ini tlah diberikan sedari pagi

Nak,
jika senja mendera
pastikan lentera milik kita dalam dada
karena teka-teki itu terjawab sudah:
kita berkaki tiga...

Nak,
bila malam datang
sebelum istirahat panjang:
ingatlah semua pelajaran
dan kita sebagai pengembara untuk terus menemukan cinta

Suatu Ruang, 15 April 2009
By.Wenn-Die.




Anak adalah anak yang merupakan dirinya sendiri. Anak memiliki potensi, memiliki rasa,  memiliki hak untuk menerima kasih sayang,. Anak bukanlah milik orang tua melainkan milik Sang Pencipta. Orang tua wajib membimbing, menasihati, dan mendidik anak agar tumbuh menjadi dirinya sendiri. Orang tua harus membiarkan anak berkembang dan mengembangkan dirinya sehingga memiliki warna khas tetapi bukan warna orang tua melainkan warna yang disediakan oleh Sang Pencipta.
Berikut ini pandangan Khalil Gibran tentang anak dalam puisi.
Puisi tentang Anak (Khalil Gibran)
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar